Citra satelit yang diduga merupakan puing pesawat Malaysia Airlines yang hilang sejak Sabtu (8/3/2014). Citra disebutkan terekam pada Minggu (9/3/2014) pagi tetapi baru dipublikasikan pada Rabu (12/3/2014).
(Foto: cnn.com/sastind.gov.cn/Kompas.com)
Benarkah Satelit Canggih AS Tak Bisa Lacak MH370?
Lamanya pencarian pesawat yang hilang sejak Sabtu (8/3/2014) tersebut mengundang beberapa pertanyaan masyarakat awam.
Salah satunya adalah mengapa satelit canggih atau satelit mata-mata milik negara-negara maju tak bisa mendeteksi keberadaan pesawat ini? Bukankah satelit-satelit ini bisa digunakan untuk mengambil gambar resolusi tinggi?
Menurut News Scientist, saat ini terdapat 10 satelit yang memiliki kemampuan mengambil foto resolusi tinggi. Satelit-satelit tersebut sebagian dioperasikan oleh Amerika Serikat, Rusia, dan beberapa negara Eropa.
Satelit tersebut mengorbit Bumi sekitar satu setengah jam sekali. "Masing-masing satelit mungkin hanya mencakup beberapa persen wilayah Bumi saja tiap harinya," ujar Jonathan McDowell, seorang ilmuwan yang bekerja di Harvard-Smithsonian Center For Astrophysics di Cambridge, Massachusetts.
Namun satelit tersebut juga memiliki keterbatasan, misalnya sedang dalam masa perawatan, awan yang menutup area pencarian, dan satelit-satelit tersebut juga tidak mengambil foto setiap waktu.
Selain itu, area yang sering diambil fotonya adalah wilayah perkotaan ketimbang lautan samudra yang biasanya tidak ada obyek menarik.
Satelit mata-mata, di sisi lain menurut McDowell memiliki cakupan yang lebih luas dan bisa digunakan untuk mengambil foto dengan resolusi lebih tinggi. Satelit tersebut juga disebut McDowell memiliki software pengolah gambar yang lebih canggih yang bisa mengidentifikasi serpihan di lautan, atau bahkan melihat ledakan di angkasa.
Namun, McDowell mengatakan bahwa satelit mata-mata tidak memiliki fungsi utama untuk mengikuti pergerakan pesawat. Lintasan orbitnya juga tidak banyak yang tahu. Namun jika pihak agen rahasia memiliki data tersebut, McDowell percaya bahwa mereka pasti akan memberikan informasi kepada pihak yang berwenang.
Semua sinyal dari MH370 diperiksa
Mencari serpihan pesawat (jika memang jatuh) di luasnya lautan bukan perkara yang mudah. Kasus MH370 mengingatkan kita pada tragedi Air France penerbangan AF447 yang jatuh di samudra Atlantik pada tahun 2009 lalu. Saat itu, tim yang ditugaskan mencari serpihan pesawat butuh waktu hingga dua tahun.
Beberapa alat bantu navigasi dan komunikasi di pesawat kini mulai diperiksa datanya untuk melacak keberadaan pesawat B777-200ER milik Malaysian Airlines tersebut. Di antaranya adalah transponder, ADS-B, dan ACARS.
Semua pesawat memang dilengkapi dengan radar transponder yang memancarkan informasi identitas dan lokasi pesawat. Informasi tersebut disalurkan melalui sinyal radio. Namun begitu berada di luar jangkauan, maka radar tidak bisa mejejaknya. Begitupun dengan sinyal yang dipancarkan oleh black box (kotak hitam) pesawat yang hanya bertahan selama 30 hari.
Selain radar transponder, alat bantu navigasi baru yang kini populer digunakan adalah ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast). Sinyal tersebut mentransmisikan informasi GPS pesawat komplit dengan identitas dan ketinggian jelajahnya.
Sinyal ADS-B inilah yang digunakan beberapa aplikasi plane-tracking seperti FlightRadar24 (FR24). Bahkan, menurut pengakuan FR24, sinyal ADS-B MH370 pun masih berada dalam jangkauan mereka beberapa saat sebelum hilang.
Sistem komunikasi ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) milik MH370 juga dibedah datanya. ACARS digunakan untuk melaporkan data sistem dalam pesawat melalui radio VHF atau satelit. Rolls Royce, pabrikan mesin yang digunakan oleh B777-200ER Malaysian Airlines melaporkan bahwa MH370 sempat mengirim laporan ACARS secara real time sebelum menghilang.
Sinyal yang dipancarkan "kotak hitam" juga bisa dijadikan sumber pencarian, namun sinyal yang dipancarkan setelah terjadi benturan ini hanya bertahan selama 30 hari. Dan untuk mencari sinyal tersebut di lokasi pencarian yang luas bukanlah hal yang mudah.
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar