Ilustrasi/ Kompasiana (Kompas/Heru Sri Kumoro)
Benarkah Menjadi TKI Itu Musibah, atau Justru Barokah?
Begitu pula apa yang dilakukan oleh salah satu kerabat di kampung, sosok perempuan dengan inisial Nia ini tak terlihat sedih atau menderita, lantaran karena kehidupannya sekarang berubah. Setelah keberangkatannya ke Taiwan menuai hasil yang cukup berlimpah. Dengan gaji yang tak sedikit (tanpa menyebut jumlah gajinya) saat ini perempuan ini sudah dapat membangun rumah idamannya. Bahkan rumah orang tuanya pun sudah dibuat permanen. Karena sebelum keberangkatannya ke perantauan rumah orang tuanya geribik dan saat ini sudah menjadi tempat tinggal yang patut.
Tak hanya dua rumah yang kini dimiliki, saat inipun keluarganya sudah dapat menikmati sebuah toko kelontong yang cukup lengkap dengan sederet barang belanjaan yang juga menjadi aset berharga selama ia menjadi TKI. Toko yang selama ini menjadi hiburan sang suami dan kedua anak-anaknya tatkala sang istri merantau ke negeri seberang.
Keberhasilan di atas ternyata masih dilengkapi lagi dengan rencana akan dibelinya sebuah mobil dengan harga yang saya sendiri tak mampu membelinya. Tentu saja semua itu adalah upah atau hasil panen dari bekerja sebagai TKI. TKI yang sukses dengan majikan yang bertanggung jawab terhadap pekerjanya.
Tak hanya bu Nia yang mendapatkan kehidupan yang mapan di kampung halaman, karena ada pula seorang TKI di Arab Saudi yang tidak hanya materi yang didapatkan. Perjalanan spiritual pun menjadi catatan penting kehidupannya selama di perantauan.
Orang menyebutnya dengan panggilan Bagong, dengan berbekal pinjaman kini ia mampu mengumpulkan pundi-pundi uang demi keluarganya. Karena awalnya kehidupan Bagong amatlah sederhana dan kehidupan keagamaannya pun sedikit alpa. Ibadah yang semestinya dijalankan harus ditinggalkan karena terlalu sibuknya mencari nafkah.
Hidayah dan rezeki memang di tangan Tuhan, berbekal keyakinannya untuk “ngawulo” di negeri orang, Bagong pun saat ini sudah memiliki cukup simpanan untuk meningkatkan kehidupannya. Bahkan yang membuat saya terharu adalah karena selama di Arab Saudi justru “sang Bos” memberikan kesempatan untuk menunaikan haji. Haji yang teramat sulit dilakukan jika tak memiliki biaya yang cukup.
Secara materi Bagong mendapatkan uang hasil jerih payahnya dan secara immateri ia mengalami perjalanan spiritual yang cukup mengesankan.
Bekerja di luar negeri hakekatnya tidak semuanya berbau “kekejaman” karena ada di antara mereka yang justru menikmati kenikmatan materi karena mendapatkan pekerjaan atau sosok majikan yang bertanggung jawab serta perusahaan yang benar-benar menghargai para karyawannya. Dan lebih dari itu ada sisi perjalanan rohani seseorang menuju tingkat keagamaan yang sempurna.
Bagaimanakah agar menjadi TKI menjadi barokah?
Siapa sih yang tak ingin usahanya bekerja di perantauan menemui kesuksesan? Sepertinya semua orang ingin mimpi tersebut tercapai, bukan? Benar. Karena untuk apakah kita bersusah payah bekerja menjadi TKI ke luar negeri jika pulang dengan tangan hampa dan mendapatkan musibah akibat kekerasan fisik.
Berdasarkan wawancara penulis terhadap sosok yang sukses menjadi TKI, ada beberapa kiat agar usaha kita menjadi TKI/TKW tidak berbuah “sial” tapi justru berbuah barokah.
1. Carilah PJTKI Legal atau Terdaftar di Kementrian Tenaga Kerja atau mendapatkan izin dari Dinas Tenaga Kerja setempat yang dibuktikan surat legal atau keterangan keabsahan lembaga tersebut.
Pengalaman beberapa orang yang tersesat atau salah bekerja adalah karena para calon pekerja ini tidak mau mencari informasi yang benar-benar valid dan akurat. Datanglah ke Dinas Tenaga Kerja terkait lembaga yang dianggap sebagai PJTKI ke luar negeri. Tanyakan keabsahan atau kelegalan usaha tersebut. Jika ternyata PJTKI tersebut benar-benar legal maka pihak pemerintah khususnya Dinas Tenaga Kerja akan memberikan keterangan yang valid bahwa PJTKI tersebut ada dan berada dalam naungan Dinas Tenaga Kerja.
2. Mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan kita.
Mencari pekerjaan di negeri orang seperti halnya di negeri sendiri yaitu seseorang tersebut memiliki pendidikan minimal SMA serta memiliki ketrampilan khusus yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Karena ada pula seorang calon TKI yang ingin menjadi PRT atau Asisten Rumah Tangga yang hanya lulusan SD atau SMP sedangkan dirinya sama sekali tidak mengetahui ilmu tentang tata laksana rumah tangga. Maka ada banyak TKI yang harus menderita karena mendapatkan siksaan lantaran tidak dapat bekerja dengan baik. Beruntung hanya omelan majikan, yang lebih menyakitkan adalah apabila sang majikan melakukan kekerasan.
Keterampilan tak hanya pada skill fisik, akan tetapi mencakup keterampilan berbahasa yang baik. Karena amat tidak mungkin sang majikan melakukan tindakan aniaya jika pekerjanya sama sekali tidakdapat berkomunikasi.
Untuk poin 2 ini PJTKI yang legal dan layak dipercaya mereka selalu memberikan pendidikan / training kepada calon tenaga kerjanya selama beberapa bulan tergantung aturan PJTKI yang bersangkutan.
3. Pelajari kondisi kehidupan sosial masyarakat yang hendak di tuju.
Banyak pekerja dari Indonesia sama sekali tidak mau memahami karakteristik masyarakat di mana dia akan bekerja, seperti bagaimana dalam bergaul, dalam berpakaian dan cara melakukan komunikasi yang baik menurut adat istiadat mereka. Maka ketika kita sudah mengetahui karakteristik masyarakat di tempat tujuan paling tidak akan mendapatkan gambaran umum bagaimana calon TKI atau TKW ini dalam berkomunikasi dengan majikannya. Jika TKI ini mendaftar pada pekerjaan rumgah tangga dan perkebunan. Akan tetapi tetapi memang jika di perusahaan justru aturan lebih ketat karena pekerja jarang sekali dapat berkomunikasi dengan sesama pekerja.
4. Jaga iman. Maksudnya jangan mudah terpedaya oleh godaan sang majikan. Karena menurut keterangan ada di antara tenaga kerja yang selalu digoda oleh majikan yang “haus” wanita. Tatkala sang istri sibuk bekerja majikan pria berusaha mendekati pekerja wanitanya. Nah, pada poin ini Anda mesti menunjukkan ketegasan untuk menolak dan mengatakan bahwa anda benar-benar bekerja bukan untuk melakukan perbuatan yang murahan. Menjaga harga diri dan mendekatkan pada Tuhan akan menghindarkan diri dari ancaman kekerasan fisik maupun seksual.
Adapula majikan yang tidak memaksa akan tetapi menjanjikan bayaran yang mahal jika mau menuruti kemauan keji sang majikan. Nah, ada pula di antara pekerja ini yang mau menerima rayuan “sang bos” lantaran ingin mendapatkan uang berlimpah. Sekali lagi jaga iman jangan tergadaikan meskipun dengan rayuan uang.
5. Mengetahui nomor kontak kedutaan besar RI di negara tujuan serta teman sesama perantauan. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi kasus penganiayaan atau ada upaya untuk melakukan penganiayaan akan segera dapat dilaporkan. Baik kepada Kedubes RI, teman maupun keluarga di tanah air.
6. Lakukan komunikasi kepada mantan TKI / TKW yang sudah sukses terkait segala hal yang mesti dipersiapkan agar pekerjaannya sukses di tempat tujuan dengan aman, nyaman dan mendapatkan hasil yang barokah.
7. Berhematlah, karena ada banyak TKI/TKW yang bekerja pula dengan tangan hampa karena uang sudah dihambur-hamburkan di tempat bekerja. Sayang sekali jika selama minimal kontrak 2 tahun harus habis di tempat kerja lantaran tak mampu menahan godaan gemerlapnya belanja di negeri orang.
8. Bacalah dengan seksama kontrak kerja yang dibuat antara calon TKI/TKW dengan PJTKI. Karena tanpa membaca dan memahami dengan benar, maka akan ada banyak perjanjian yang tidak sesuai dengan harapan kita. Nah, jika ternyata kontrak kerja itu tidak sesuai dan justru merugikan ada baiknya anda membatalkan rencana Anda dan anda lebih baik memilih PJTKI yang lain yang dianggap lebih baik bagi Anda.
9. Jangan berpindah-pindah majikan atau perusahaan diluar kontrak kerja yang ditanda tangani sebelumnya. Karena ketika kita mendapatkan masalah maka pihak PJTKI tidak akan bertanggung jawab.
10. Jaga kesehatan, lakukan olah raga sederhana pra keberangkatan maupun di tempat tujuan. Karena dengan fisik sehat maka tidak ada kendala lagi terkait kesehatan kita tatkala bekerja di negeri orang.
Beberapa hal ini tentu saja tidak semuanya mewakili syarat-syarat yang mesti dipersiapkan sebelum menjadi TKI/TKW karena tentu masih ada hal-hal yang belum tersampaikan di sini. Akan tetapi berdasarkan keterangan ini paling tidak menjadi langkah yang prefentif bagi calon TKI/TKW untuk mencegah sesuatu hal yang buruk tatkala bekerja di luar negeri.
Oleh: Muhammad (http://www.kompasiana.com/maliamiruddin) dalam Kompasiana
Yang punya blog ini gak mikir apa ya? tulisan kayak gini dimasukin blog gak bener... sudah main comot gak izin pulak.... smga segera dibannedlah oleh menkominfo biar kawus... *otak udang*
BalasHapus