Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (kiri) saat deklarasi di Gedong Joang, Jakarta, dan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa saat deklarasi di Rumah Polonia, Jakarta, Senin (18/5/2014).
Hal itu dikatakan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, dalam diskusi polemik bertajuk 45 Hari Mengejar Suara Rakyat di Jakarta, Sabtu (24/5/2014).
Menurut dia, pasangan yang menghalalkan segala cara untuk menang cenderung akan melakukan praktik transaksional. Secara tidak langsung, hal itu dapat menggambarkan praktik pemerintahan yang akan dijalankan seandainya mereka menang nantinya.
"Aktivitas kita pelototi, kawal mana yang paling lurus tahapannya. Kalau halalkan semua cara untuk menang, kita tidak pilih," kata Siti.
Ia mengatakan, pelaksanaan pemilu seharusnya dapat menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk menyelenggarakan politik yang bersih. Pasalnya, nasib pertumbuhan negara lima tahun ke depan akan ditentukan di tangan pemenang pemilu nantinya.
"Ketika dalam tahapan pilpres mereka sudah melakukan aktivitas kepada kita yang sarat politik transaksional, politik uang, kita pastikan cara seperti itu akan terjadi pada masa pemerintah ke depan, korupsi lagi," ujar dia.
Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar